Sektor Manufaktur Jadi Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Usia 80 Tahun
Sektor Manufaktur Jadi Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Usia 80 Tahun

Jakarta – Memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, sektor manufaktur nasional mencatatkan pencapaian yang membanggakan dengan pertumbuhan 5,68% pada kuartal II 2025. Angka ini melampaui laju pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,12%, menegaskan peran vital industri pengolahan sebagai salah satu pilar utama perekonomian tanah air.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, pertumbuhan sektor manufaktur mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,55%. “Ini menjadi tanda positif bagi perkembangan industri dan ekonomi nasional secara keseluruhan,” ujarnya.

Sub-sektor Unggulan yang Menjadi Kunci

Beberapa subsektor manufaktur menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan tersebut. Industri logam dasar mencatat kenaikan paling signifikan hingga 14,91%, didorong oleh permintaan ekspor produk besi dan baja. Selain itu, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 9,39%, seiring meningkatnya kebutuhan domestik dan ekspor barang-barang kesehatan.

Sektor makanan dan minuman juga mencatat pertumbuhan sebesar 6,15%, yang didukung oleh tingginya permintaan produk seperti minyak kelapa sawit (CPO), minyak goreng, serta berbagai makanan dan minuman olahan.

Tantangan di Tengah Optimisme

Meski begitu, industri manufaktur masih menghadapi berbagai tantangan. Kondisi geopolitik global yang tidak menentu, fluktuasi harga komoditas, serta persaingan ketat dari negara-negara lain menjadi hambatan yang harus diantisipasi agar pertumbuhan dapat terus berlanjut.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8% dalam tiga tahun ke depan. Untuk mewujudkan target ini, kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ditargetkan naik menjadi 21,9%, meningkat dari capaian 18,98% pada 2024.

Dukungan Kebijakan Pemerintah

Kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) yang diterapkan sejak 2020 menjadi salah satu stimulus penting bagi sektor manufaktur. Implementasi HGBT diperkirakan memberikan dampak positif sebesar Rp 247,26 triliun, mencakup peningkatan ekspor, penerimaan pajak, dan efisiensi subsidi pupuk.

Indikator seperti Purchasing Managers’ Index (PMI) dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) menunjukkan sinyal positif, menandakan para pelaku industri tetap optimistis menghadapi kondisi ekonomi tahun ini.

Pencapaian sektor manufaktur ini menjadi kado istimewa dalam perayaan HUT ke-80 RI sekaligus bukti kekuatan ekonomi nasional yang terus tumbuh dan berkembang meski di tengah berbagai tantangan global.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here